Nama Bagian-bagian Ka'bah yang Perlu Diketahui oleh Calon Jemaah


Ka'bah adalah bangunan suci yang terletak di Masjidil Haram, Makkah, yang menjadi pusat ibadah bagi umat Islam. Sebagai tempat yang penuh dengan sejarah, Ka'bah memiliki berbagai bagian yang dirangkai secara detail dan tertata rapi untuk kebutuhan ibadah kaum muslim.

Setiap bagian Ka'bah memiliki arti dan tujuan tertentu, yang semuanya saling melengkapi untuk menciptakan suasana sakral bagi umat Islam yang beribadah di sana. Berikut ini dipaparkan nama bagian-bagian Ka'bah yang melengkapi bangunan suci di Makkah ini.


Nama Bagian-bagian Ka'bah

Ka'bah dibangun dengan bagian-bagian yang rapi dan tersusun secara detail. Berikut ini adalah nama bagian-bagian Ka'bah yang dikutip dari buku Ka'bah Rahasia Kiblat Dunia yang disusun oleh Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi.


1. Syadzarwan

Syadzarwan adalah struktur bangunan yang dibengkokkan dan mengelilingi bagian bawah dinding Ka'bah di area tawaf, kecuali di Al-Hathim. Tangga yang ada pada Syadzarwan sebenarnya merupakan dasar dari Ka'bah, bukan bagian dari Syadzarwan itu sendiri.


Nama "Syadzarwan" diberikan karena fungsinya yang menutupi Ka'bah, serupa dengan sarung yang melindungi Baitullah. Struktur ini dibangun untuk melindungi Ka'bah dari bencana banjir yang sering terjadi di musim penghujan, serta untuk menjaga keselamatan jamaah haji dan kiswah di tengah kerumunan orang.


Syadzarwan dibangun menggunakan marmer yang merupakan salah satu yang termahal di dunia. Pada tahun 1417 H, ketika Ka'bah dibangun ulang, marmer lama pada Syadzarwan diganti dengan marmer baru yang lebih baik.


2. Atap

Sejarawan asal Mekkah, Al-Azraqi, mencatat bahwa Kota Makkah sering dilanda banjir, yang berdampak pada kerusakan bangunan Ka'bah. Selain itu, Ibnu Ishaq menceritakan bahwa sebelum Ka'bah dibangun kembali pada 605 M, bangunan tersebut hanya berupa struktur tanpa atap, terbuat dari batu-batu yang tidak teratur, dan tingginya tidak melebihi tinggi binatang (sekitar 2 meter).


Pada masa itu, suku Quraisy berencana untuk membangun ulang Ka'bah dengan menambahkan atap. Kebetulan, tidak jauh dari sana, di tepi pantai Laut Merah di Jeddah, sebuah perahu Bizantium Romawi yang sedang membawa kayu karam.


Pihak Quraisy membuat kesepakatan dengan seorang pekerja Kristen bernama Bachom (atau Bachomis), seorang tukang kayu asal Mesir (kaum Qibthi), untuk membeli kayu tersebut dan menggunakannya untuk membangun atap Ka'bah.


Setelah kabilah-kabilah Mekkah menyelesaikan pembangunan keempat dinding Ka'bah, pekerjaan atap dilaksanakan. Pada masa Al-Idrisi (1100-1166 M), Ka'bah memiliki atap yang diyakini masih ada hingga saat ini dan tidak berubah sejak diperbaiki oleh Al-Hajjaj pada tahun 74 H.


Saat ini, Ka'bah memiliki dua atap, dan di permukaannya terdapat marmer putih yang dikelilingi oleh dinding setinggi 80 cm. Di atasnya, terdapat beberapa tiang yang digunakan untuk mengikatkan kiswah atau tirai hitam yang menutupi Ka'bah.


Berat kiswah ini sekitar 670 kilogram, dengan 120 kilogram di antaranya berupa emas murni dan 50 kilogram perak yang terdapat dalam tulisan-tulisan pada kiswah. Ukurannya sekitar 654 meter persegi.


3. Maqam Ibrahim

Dalam bahasa Arab, kata "maqam" berarti letak kedua kaki. Maqam Ibrahim terletak di dekat Ka'bah, tepatnya di sebelah dinding tenggara. Maqam ini berupa sebuah bangunan kecil setinggi 1,8 meter yang ditopang oleh enam tiang.


Empat dari tiang tersebut dikelilingi potongan besi setinggi tiang, dan tiang-tiang ini dikelilingi oleh bingkai persegi yang tingginya sekitar 1,5 meter, yang berakhir di puncak piramid.


Konon, Maqam Ibrahim adalah batu yang menjadi pijakan Nabi Ibrahim AS saat membangun Ka'bah bersama putranya, Nabi Ismail AS. Maqam ini terletak di sisi timur Ka'bah, beberapa meter dari pintu Ka'bah.


Batu yang terletak di bawah kaki Nabi Ibrahim diyakini melunak, sehingga terdapat bekas kaki beliau di batu tersebut.


Dalam berbagai atsar, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memuliakan batu berwarna hitam ini. Batu tersebut digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menambatkan untanya, dan juga menjadi tempat berdirinya Nabi Ibrahim saat datang bersama Siti Hajar dan Nabi Ismail.


Batu ini terus dikenang oleh umat manusia hingga sekarang, dan di belakang batu tersebut jamaah haji melaksanakan salat sunnah tawaf dua rakaat.


4. Hijr Ismail

Hijr Ismail terletak di antara Al-Hathim dan dinding Ka'bah sebelah barat daya, tepatnya di bawah pancuran (Mizab Ar-Rahman). Tempat ini diyakini sebagai makam Nabi Ismail dan Siti Hajar. Walau begitu, keyakinan tersebut bersumber dari tradisi lisan dan tidak didukung oleh dalil yang kuat dari Al-Qur'an atau hadis sahih.


Hijr Ismail ditutupi bebatuan warna-warni yang diletakkan pada tahun 826 H. Di atas kuburan tersebut, terdapat bebatuan hijau dari Persia yang diambil dari daerah Wadi Al-Hamamah, padang pasir timur Mesir, pada tahun 241 H. Saat ini, Hijr Ismail yang dibatasi oleh dinding Ka'bah sebelah barat daya (di antara rukun Iraqi dan rukun Syami) ditutupi dengan lantai marmer putih.


Menurut Al-Azraqi, Nabi Ibrahim AS menjadikan Hijr Ismail sebagai pendamping Ka'bah, dan pada saat itu, tempat tersebut digunakan sebagai kandang kambing Nabi Ismail. Oleh karena itu, Hijr Ismail bukanlah bagian dari Ka'bah.


Sejarawan Abdullah Al-Kurdi menulis bahwa setelah Nabi Ibrahim menyelesaikan pembangunan Ka'bah, beliau meminta putranya, Nabi Ismail, untuk memilih tempat di dekat Ka'bah. Nabi Ismail kemudian diberi tugas untuk menjaga dan memelihara Ka'bah. Tempat yang dipilih tersebut akhirnya dikenal dengan nama Hijr Ismail, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dari pohon al-arak.


5. Al-Hathim

Al-Hathim adalah nama lain dari Hijr Ismail, yaitu bangunan terbuka berbentuk setengah lingkaran. Beberapa orang berpendapat bahwa tempat ini disebut Al-Hathim karena merupakan pecahan dari Baitullah.


Pecahan dari Baitullah ini berkaitan dengan peristiwa renovasi Ka'bah oleh kaum Quraisy, mereka mengurangi bagian Baitullah dalam proses pembangunan ulang Ka'bah.


Berbeda dengan Hijr Ismail, Al-Hathim merupakan bangunan melengkung dengan kedua ujungnya berjarak sekitar 3 meter dari rukun Iraqi (bagian utara) dan rukun Syami (bagian barat). Bagian tengah Al-Hathim memiliki ketebalan sekitar satu setengah meter dan ketinggian sekitar satu meter.


Bangunan ini dilapisi batu pualam. Jarak antara bagian tengah lengkungan dan dinding Ka'bah bagian barat daya adalah 8 meter dan 47 sentimeter.


Selain itu, kata Al-Hathim juga digunakan untuk menyebut lokasi multazam, yaitu tempat yang terletak di antara rukun Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, dan sumur Zam-Zam, yang sering kali dipenuhi oleh kerumunan jamaah haji.


Di tempat ini, setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT diyakini akan diijabah. Al-Hathim juga digunakan untuk menyebut tempat pancuran, karena Baitullah ditinggikan, sementara area tersebut dibiarkan hancur (muhaththam).


6. Pintu Ka'bah

Ketika Nabi Ibrahim AS membangun Ka'bah, beliau membuat dua pintu yang menempel langsung ke tanah. Salah satu pintu terletak di bagian timur setelah Hajar Aswad, sementara pintu lainnya terletak di bagian barat setelah rukun Yamani, yang bertolak belakang dengan pintu timur.


Kedua pintu tersebut tidak memiliki daun pintu. Namun, ketika kaum Quraisy merenovasi Ka'bah, mereka meninggikan pintu timur sekitar 2 meter dari permukaan tanah. Selain itu, mereka juga memasang satu daun pintu yang bisa dibuka dan ditutup.


Pintu barat kemudian dihilangkan, dan pintu timur tersebutlah yang digunakan hingga kini, yang dibuka setiap Senin dan Kamis.


Menurut Ibnu Jubar, pintu Ka'bah terletak di dinding antara rukun Iraqi dan rukun Hajar Aswad, dengan jarak sekitar 5,1 meter. Area antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah ini dikenal dengan nama multazam.


Pintu ini seluruhnya dilapisi perak dan dihiasi dengan pahatan dekorasi. Menurut Pits (1680), seluruh bagian pintu tersebut dilapisi perak.


Berdasarkan pengukuran terbaru, pintu tersebut memiliki panjang 312 cm, lebar 168 cm, dan ketebalan 50 cm. Selain itu, pintu ini mengandung 280 gram emas murni dan dilengkapi dengan dekorasi bertema Islam serta beberapa ayat Al-Qur'an.


7. Al-Mustajab

Di dekat rukun Yamani yang menghadap ke selatan, terdapat sebuah batu lain yang cukup penting. Batu ini memiliki ketinggian sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah, panjang 60 cm, dan lebar 45 cm. Batu tersebut terletak di bagian utama Ka'bah.


Batu ini berwarna gelap dengan nuansa kemerah-merahan, berbeda dengan bebatuan Ka'bah lainnya yang lebih terang. Meskipun batu ini hanyalah batu biasa, banyak orang yang melakukan tawaf seringkali menyentuhnya dengan tangan kanan mereka, meskipun tidak sampai menciumnya.


8. Al-Ma'jan

Di sebelah tenggara Ka'bah, dekat pintu dan dindingnya, terdapat sebuah lubang yang dilapisi marmer. Meskipun tidak terlalu dalam, lubang ini cukup besar, bahkan dapat menampung tempat duduk untuk tiga orang. Tempat ini dikenal dengan nama Al-Ma'jan (tempat pengadonan).


Diyakini bahwa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pernah mengadoni kapur dan tanah liat di sini untuk membangun Ka'bah. Tidak jauh dari lokasi ini, terdapat sebuah batu yang dipercaya sebagai tempat berdirinya Nabi Ibrahim AS saat membangun Ka'bah.


Dalam tradisi masyarakat Arab, Al-Ma'jan juga dikenal dengan nama Maqam Jibril atau Al-Hafrah (lubang). Lubang tersebut memiliki lebar 5 syibr dan 3 ishbi' (sekitar 1,08 meter), tinggi 7 syibr dan 7 ishbi' (sekitar 1,9 meter), serta kedalaman mencapai 1 syibr dan 4 ishbi' (sekitar 33 cm).


9. Multazam

Multazam adalah area yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah, dengan ukuran sekitar dua meter.


Di tempat ini, jemaah disunnahkan untuk berdoa sambil menempelkan kedua pipi, dada, kedua lengan, dan kedua telapak tangan mereka pada dinding Ka'bah.


10. Mizab Ar-Rahman (Pancuran)

Di bagian barat daya Ka'bah, sekitar 60 cm di bawah atap, terdapat sebuah pancuran yang dikenal dengan nama Mizab Ar-Rahman. Pancuran ini berfungsi untuk membuang air hujan yang menggenangi atap Ka'bah ke tanah.


Bentuk pancuran ini adalah tabung dengan panjang 2,58 meter, 58 cm di antaranya dibenamkan dalam dinding Ka'bah. Lebarnya 25 cm dan tingginya 21 cm.


Pada salah satu palang pancuran terdapat rangkaian perak seberat 2,5 kilogram dan panjang 190 cm, yang diikatkan dengan 90 ikatan.


Di mulut pancuran, terdapat sebuah penopang yang dikenal dengan nama "dagu pancuran," yang dihiasi dengan emas dan digunakan untuk memancarkan air. Penopang ini dikirim dari Konstantinopel pada tahun 981 H.


Konon, penopang ini terbuat dari emas murni. Paku-paku juga dipasang di bagian atas pancuran untuk menghalau burung agar tidak hinggap di sana.


Sejak masa awal Islam, pancuran Ka'bah telah mendapat perhatian khusus dari para pemimpin muslim. Mereka terus memperbaiki, merenovasi, dan memperbarui pancuran ini.


11. Sudut (Rukun) Ka'bah

Mengutip buku Esai-esai Astronomi Islam karya Arwin Juli Rahmadi, Ka'bah dibangun dengan posisi rukun-rukunnya yang sejajar dengan empat arah pergerakan angin yang berhembus di Kota Mekah selama satu tahun. Empat pojok (rukun) Ka'bah ini memiliki arah yang sangat strategis.


Rukun 'Iraqi mengarah ke utara sejati, yang juga merupakan arah yang sama dengan bukit Shafa dan Marwa. Rukun 'Iraqi juga menghadap ke benua Eropa. Rukun Syami mengarah ke benua Amerika, rukun Yamani mengarah ke benua Afrika, dan rukun Hajar Aswad mengarah ke benua Asia.


Itulah 11 nama bagian-bagian Ka'bah. Semoga bermanfaat.

Artikel Lainnya